BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Semenjak
manusia zaman purbakala sampai dengan zaman sekarang,manusia selalu mengalami
perkembangan dalam setiap periode waktu yangdilewatinya. Peradaban manusia
sekarang telah mengalami banyak kemajuan. Selama perkembangan itu, manusia
menjalani kehidupan dengan bergantung pada pertanian dan agrikultur.
Melalui orientasi kehidupantersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan
melestarikan lingkungannyadengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga
kelangsungan hidupmanusia.Manusia sekarang telah mengalami zaman revolusi
industri yangmenggantungkan kehidupan pada bidang perindustrian.
Denganmenggunakan orientasi hidup tersebut, dunia agrikultur pun
mengalamikemunduran secara perlahan-lahan. Nilai-nilai kehidupan manusia
punmengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia denganlingkungannya.
Perubahan-perubahan
yang terjadi ini menghasilkan dampak positif maupun negatif.Salah
satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut
pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusiaadalah dampaknya bagi
lingkungan yang ada di sekitar manusia itu sendiri.Ekspansi usaha yang
dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrik-pabrik dan
pembuatan produksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian
terhadap dampaknya bagi lingkungansecara perlahan namun pasti telah
mengakibatkan kelalaian yang padaakhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal
manusia dankehidupannya.
Para
ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak yangterbesar bagi
lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrianyang dilakukan dan
telah berkembang pesat saat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan
di dunia dan sering disebut sebagai GlobalWarming. Namun, masalah Global
Warming sebagai masalah lingkungan ini masihdiperdebatkan kebenarannya oleh
beberapa pihak yang menganggap GlobalWarming adalah alasan yang diciptakan
untuk membatasi laju perkembangan perindustrian.
Walaupun
masih terdapat perdebatan mengenaikebenaran keadaan Global Warming di antara
para ahli lingkungan tersebut,masalah Global Warming ini tidaklah dapat
diungkiri untuk diteliti danditeliti lebih lanjut demi kelangsungan kehidupan
manusia.Untuk itu, karya tulis yang dibuat ini akan memperlihatkan dan
menjelaskankebenaran mengenai masalah pemanasan global berdasarkan studi
literaturedari berbagai sumber yang terpercaya dan kompeten.Pembahasan dan
penjelasan yang dilakukan pun akan ditinjau dari sudut pandang pihak yang
pro dan pihak yang kontra. Dalam karya tulis ini punakan menyajikan fakta-fakta
yang memperkuat keberadaan masalah pemanasan global.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GLOBAL WARMING / PEMANASAN GLOBAL
Suhu
rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia"
melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah
dikemukakan oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua
akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa
kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model
iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global
akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun
1990 dan 2100. Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model
sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus
pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan
akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas
rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor lautan.
Meningkatnya
suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti
naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang
ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang
lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.
Beberapa
hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke
daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi perdebatan politik dan publik
di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi
atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap
konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di
dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi
gas-gas rumah kaca.
B.
EFEK RUMAH KACA
Segala sumber energi yang terdapat
di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya.
Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke
angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat
menumpuknya jumlah gas
rumah kaca
antara lain uap
air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi
ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang
dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi
sebagaimana gas dalam rumah
kaca.
Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak
panas yang terperangkap di bawahnya. Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh
segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi
sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi
sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika
tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi
seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
C. DAMPAK PEMANASAN GLOBAL
Para
ilmuwan menggunakan model komputer dari suhu, pola presipitasi, dan sirkulasi
atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan model tersebut, para
ilmuwan telah membuat beberapa prakiraan mengenai dampak pemanasan global
terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
1. Iklim mulai tidak
stabil
Para
ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak
akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
Daerah
hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari
lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan
meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air
yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan
memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap
derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat
sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap
dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari
sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda.
Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari penguapan air,
akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa
periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak
terprediksi dan lebih ekstrem.
2. Peningkatan permukaan laut
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari
daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air
di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 -
10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan
lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi
lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di
daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.
Bahkan
sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai.
Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa
pantai di Amerika
Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
3.
Suhu
global cenderung meningkat
Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa
tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
4.
Gangguan
ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk
hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan
telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk
bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah
baru
karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh
kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies
yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
5.
Dampak
sosial dan politik
Perubahan
cuaca dan lautan
dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan
air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai
dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit,
dan lain-lain.
Pergeseran
ekosistem dapat
memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang
biak. Dengan adanya perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor
penyakit (eq Aedes Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu
bisa diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan
terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal
ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate change)yang bisa berdampak kepada
peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau panjang / kebakaran
hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula
dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernapasan
seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.
D. PERDEBATAN TENTANG PEMANASAN GLOBAL
Tidak
semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global. Beberapa
pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya
mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih
terlalu dini untuk membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan
seperti ini juga dapat membantah bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi
manusia terhadap pemanasan global dengan berargumen bahwa siklus alami dapat
juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-fakta bahwa pemanasan
berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.
Para
ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga
perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global
dengan perilaku sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan
cenderung berhenti selama tiga dekade pada pertengahan abad ke-20; bahkan ada
masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun 1970-an. Kedua, jumlah total
pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi oleh model.
Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak
memanas secepat prediksi model. Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global
yakin dapat menjawab dua dari tiga pertanyaan tersebut.
Kurangnya
pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang menyebarkan
partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari
kembali ke angkasa luar. Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini,
sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi yang menyebabkan udara
menjadi lebih bersih.
Keadaan
pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi
disebabkan penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama
memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada
tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA)
memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat
di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut
memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998
lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu
rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup berarti.
Pertanyaan
ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di
troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan
atmosfer tersebut benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi
tidak dapat dipercaya. Pada bulan Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh
National Academy of Sciences untuk membahas masalah ini mengakui bahwa
pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan tetapi, pengukuran
troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara
jelas.
E. PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL
Konsumsi total bahan bakar
fosil di dunia selalu meningkat. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang
sedang diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di
masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang timbul sambil
melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin berubahnya iklim di masa
depan. Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai
dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air
laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di pantai untuk pindah
ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti Amerika Serikat, dapat
menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur)
habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara.
Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini
untuk menuju ke habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca.
1. Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk
menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara pepohonan dan
menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat
perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam
mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca. Gas karbondioksida juga
dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan)
gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke
permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah
dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana
karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan
diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang
karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil. Pada saat itu,
batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak
bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa
digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar
fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah
karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbondioksida
lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan
batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir
lebih mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, bahkan
tidak melepas karbondioksida sama sekali.
2.PersetujuanInternasional
Kerjasama
internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Di
tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar
untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud
ini dalam suatu perjanjian yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara
merumuskan persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Banyak
orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini
dilaksanakan segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi
gas-gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti,
terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini
akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada 2035. Penentang
protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan terhadap perjanjian
ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri
batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada
bahan bakar fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang
diperlukan untuk melaksanakan Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar
AS, terutama disebabkan oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto
percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat
lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah mengubah
ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien. Pada suatu
negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh
walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi
karbondioksida terbukti sulit dilakukan.
Beberapa cara
lain untuk mencegah terjadinya Pemanasan global atau Global warming:
- Berhemat
energi. Seperti dalam penggunaan bahan bakar minyak, listrik (jangan pakai
alat-alat elektronika kalau tidak jelas kebutuhannya).
- Menggunakan
kendaraan bermotor seperlunya saja. Kalau hanya dekat, tidak perlu
menggunakan motor atau mobil.
- Mengurangi
pembakaran. Misal, pembakaran sampah, hindari pembakaran hutan.
- Penghijauan
hutan
- Hindari
penggunaan barang secara mubazir
- Untuk
ekosistem laut, hindari perusakan karang dan pencarian ikan dengan merusak
( penggunaan bom atau semacamnya).
F. INI BEBERAPA KEJADIAN DARI DAMPAK GLOBAL WARMING
1. KEBAKARAN
Analisa =
Kebakaran hutan biasa nya d sebabkan meningkat nya permukaan suhu d daerah
tersebut akibat efek dari pemanasan global. terjadi di waktu musim kemarau.
2. ES YANG MELELEH
Analisa = mencairnya
es d kutub d sebabkan suhu yang meningkat secara drastis sehingga dapat
melelehkan es d kutub
3. PERMUKAAN AIR LAUT YANG MENINGGI
Analisa = meningkat nya
tinggi permukaan laut ini d sebabkan oleh air es yang telah mencair dari arah
kutub.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi,
pemanasan global bukan hanya memberikan dampak yang positif bagikehidupan tapi juga banyak memberikan dampak yang
negatif. Semuanyatergantung kepada manusia tentang bagaimana cara
penanggulangannya dancara mengurangi efek dari rumah kaca agar bumi kita ini
masih dapat dihunidan makhluk hidupnya tidak terancam punah.
Saran
Sebaiknya kita banyak menanam tumbuhan
hijau agar persediaan oksigentetap ada atau tidak berkurang dan mengurangi
jumlah rumah kaca, serta berhemat menggunakan energi yang ada di bumi.
Selain itu,tidak mencemari
udara yang dapat merusak lapisan atmosfer bumi.