Menjadi Muslimah Cantik Luar Dalam, Mau???
A. Beauty is not is the face but a light in the heart
Kecantikan bukanlah di wajah, tapi cahaya di dalam
hati. Hakikat kecantikan bukanlah pada sesuatu yang kasat mata,
melainkan “kekuatan” yang memancar dari jiwa dan hati seseorang. Inilah
yang seringkali disebut dengan inner beauty.
Sejatinya,
kecantikan seseorang bukanlah terletak pada paras, tubuh, dan bentuk
lahiriah seseorang. Daya tarik fisik bukanlah makna sesungguhnya dari
kecantikan. Seseorang yang memiliki bodi sintal tetapi berakhlak dan
bermoral bejat tidak akan mendapat predikat cantik. Kepribadian yang
rusak tak akan mampu ditutupi dengan operasi plastik. Demikian pula
dengan badan mulus dengan perilaku busuk juga tak bisa dihilangkan
dengan semprotan parfum dan olesan lotion.
Bibir seksi berlisan kasar dan kotor tak akan bisa disamarkan dengan
polesan lipstik, pun wajah cantik dengan tingkah laku yang jahat dan
amoral juga tak dapat ditutupi oleh tata rias dan make up merek apapun.
Begitu
pula seseorang yang memiliki hati bersih, akhlak yang santun dan
kepribadian yang muilia. Tanpa hiasan, dandanan maupun polesan, apapun
akan tetap terlihat menarik. Semerbak wangi pribadinya menebar pesona.
Kebersihan hati dan ketulusasnnya memancar kuat dari dalam dirinya.
Jiwanya yang tenang tercermin dalam keteduhan wajahnya. Kecantikan yang
dimiliki bukanlah tampilan luar yang bisa hilang dan hancur kapan saja.
Kecantikan yang ia punyai adalah kecantikan sesungguhnya, kecantikan
sejati yang tak lekang oleh usia, dan tak habis dimakan waktu.
Kecantikan
sejati adalah kecantikan yang tak akan pudar dan abadi. Tidak memiliki
batasan waktu ataupun masa tertentu. Kalaulah kecantikan iut hanya
terletak pada seraut wajah dan sesosok tubuh, maka kecantikan tersebut
bukanlah kecantikan sejati. Kecantikan pada wajah dan tubuh seseorang
hanya bersifat sementara dan terbatas pada usia. Apabila usia bertambah
tua, kulit akan berkerut, pipi berubah peyot, gigi menjadi ompong dan
tubuh menjadi renta. Kecantikan pun akan musnah. Atau, jika si wajah
cantik itu tersiram air raksa, wajah jelitanya akan hancur dan rusak.
Sebaliknya, wajah buruk rupa dan tubuh yang kurang proporsional dapat
“disulap” dengan bedah plastik menjadi indah menawan. Kecantikan fisik
seringkali menjadi sesuatu yang bisa saja direkayasa dan dimanipulasi.
Tidak demikian dengan kecantikan sejati. Kecantikan yang muncul karena ketulusan, tidak akan dapat direkayasa. Hati
yang bersih, jiwa yang tenang, akhlak dan kepribadian yang mulia,
bukanlah sesuatu yang instan dan dilandasi kepura-puraan. Semua itu
adalah suatu proses yang matang dan integral. Bukan asesoris, bukan pula
polesan.
B. Kecantikan Sejati Bersumber dari Hati
Setiap
kebaikan dan kebahagiaan yang dimiliki manusia berpangkal pada
kesempurnaan ruhani dan bersihnya hati. Kecemerlangan hati berpengaruh
kuat dalam kehidupan pemiliknya. Hati yang bersih dan sehat (qalbun salim)
akan terbias pada jasad seseorang. Memantul pada matanya, wajahnya,
lisannya, kepribadian, dna akhlaknya. Sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadits: “Sesungguhnya di dalam jasad
ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad
tersebut. Jika ia buruk, maka buruk pula seluruh jasad itu. Ingatlah,
bahwa ia dalah hati.” (HR. Bukhari). Oleh karena itu, hati merupakan
sumber utama kecantikan sejati. Hanya kelurusan dan kebersihan hatilah
yang dapat memancarkan “kekuatan” (atau yang biasa disebut aura) secara murni tanpa manipulasi.
Hati
yang bersih dan sehat memiliki definisi beragam. Banyak versi tentang
identifikasi hati tersebut. Sehingga, ada sebagian kalangan yang tetap
menilai seseorang berhati baikd an bersih meski ia orang yang ingkar dan
berakidah sesat. Tak peduli sering bermaksiat, memamerkan aurat atua
pelaku seks bebas. Dengan kata lain, asalkan tidak berbuat jahat,
aniaya, menyakiti orang lain atau mengganggu kepentingan umum, maka ia
tergolong orang yang berhati baik. Standar penilaian hati semacam ini
hanya memaknai kebaikan hati dengan perilaku-perilaku yang sesuai dengan
aturan dan norma masyarakat. Padahal, standar itu saja belum cukup.
Karena penilaian terhadap hati yang bersih, baik dan sehat mencakup dua sisi.
v Sisi pertama adalah kondisi batiniah hati. Sisi lain berkaitan dengan keimanan yang meresap ke dalam hati dan pengetahuan hati terhadap al-haq, serta iradah (kehendak) hati untuk mengikuti al-haq
tersebut. Karena kehidupan dan kesehatan hati tidak mungkin terwujud
kecuali bila hati mengetahui dan menghendaki kebenaran, serta
mengutamakannya dari yang lain. Sehingga, meski terlihat baik, seseorang
tidak bisa dikatakan berhati baik, bersih dan sehat jika ia tidak
memiliki cahaya keimanan dan al-haq di dalam hatinya, sebaik apapun orang itu.
v Sisi kedua
adalah bias kebersihan dan kebaikan hati yang dalam akhlak dan
kepribadian si empunya hati. Hati laksana cermin. Kebersihan dan
kelurusannya akan terpantul dalam ebntuk indahnya perilaku dan baiknya
perbuatan seseorang. Hati juga ibarat raya yang menguasai
pelayan-pelayannya, yaitu anggota tubuh lainnya. Jika sang raja lurus,
maka luruslah pelayannya. Demikian pula sebaliknya.
C. Percantik Diri dengan Akhlak Terpuji
Wanita
cantik memang banyak, tapi jarang yang molek pula akhlaknya. Ibarat
bunga yang indah, tapi tak wangi. Oleh karena itu, dapatkahlah
kecantikan sejati. Kencatikan berupa wajah hati dan rupa budi yang
menawan. Ingat bahwa kecantikan itu memancar dari dalam ke luar. Bukan
sebaliknya. Sehingga, tanamilah hati dengan keimanan dan kebenaran (al-haq), yang dilandasi ilmu yang benar (shahih).
Kemudian, hiasilah dengan perbuatan (akhlak) yang baik, sebagai buah
dari suburnya hati dan berseminya tunas iman. Wajah, perilaku dan
kepribadian kita akan nampik cantik sekali. Pesona kecantikan yang
sesungguhnya, bukan pesona semu yang kasat mata. Bahkan, biar rupa tak
jelita, tapi perangainya istimewa.
Untuk
membiasakan diri dengan akhlak yang baik dan santun, kadangkala
diperlukan latihan yang “keras”. Latihan yang dimaksud adalah dengan
menggembleng jiwa dan raga kita kepada perbuatan-perbuatan yang bisa
mendatangkan sifat dan akhlak yang dimaksudkan. Siapa yang ingin
memiliki sifat dermawan dan murah hati, maka dia harus memaksa dirinya
untuk berkorban. Siapa yang ingin memiliki hati yang lembut, sabar dan
penyayang, maka dia harus memaksa lisannya untuk tidak berkata kasar dan
keji, mendidik jiwanya untuk menahan amarah dan lapang dada, serta
menghindarkan hatinya dari iri, dengki, jahat dan keras hati. Begitu
pula dengan sifat-sifat terpuji lainnya. Hingga ia terbiasa dengan
akhlak karimah (mulia) tersebut dan mengikis habis sifat-sifat buruk miliknya.
Kebiasaan
itu akan membawa efek yang sangat besar bagi perubahan tabiat. Bukanlah
biasa itu karena biasa, baik terpaksa maupun dipaksa? Sebagaimana
prajurit yang dilatih dengan disiplin dan latihan keras, ia akan menjadi
sosok yang tangguh dan tidak bermalas-malasan. Tapi harus diingat,
hasil pembiasaan ini tidak bisa diperoleh hanya dalam sehari dua hari
atau tempo yang singkat. Pengaruhnya akan nampak jika latihan dilakukan
secara kontinu dan berkesinambungan.
Untuk
mendapatkan kebagusan akhlak, hendaknya kita selalu memohon kepada
Allah, sebagaimana yang dipanjatkan oleh Nabi SAW, pemilik akhlak yang
agung. “Dan berilah hidayah kepadaku agar baik akhlakku. Tak ada yang mampu memberi hidayah untuk memperbaikinya kecuali Engkau” (HR. Al-Haitsami dan Abu Ya’la).
Satu hal yang wajib kita ingat, bahwa kebaikan dan kesucian diri tidak lepas dari taufik Allah SWT. “Aku
tidak bermaksud kecuali (melakukan) perbaikan selama aku masih
berkesanggupan. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan
(pertolongan) Allah” (QS. Huud: 88).
Yang
pasti, apa yang kit alakukan bukan karena kemampuan kita semata. Karena
seluruh kemudahan dan kemampuan yang ada adalah karunia Allah. Semua
karena Allah. Tidak ada kemudahan kecuali Allah. Semua karena Allah.
Tidak ada kemudahan kecuali yang ia mudahkan dan takkan ada kesulitan
jika ia menjadikannya mudah. La quwwata illa billah.
“Wahai Zat Yang Maha Hidup, Wahai Zat yang terus-menerus mengatur
hamba-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon perlindungan, dan perbaikilah
seluruh keadaanku, serta janganlah Engkau (menjadikan) aku bersandar
pada diriku, sekejab matapun” (Silsilah Al-Hadits Ash-Shahihah, No. 27).
=== Iman Paling Sempurna dan Dijamin Rumah Surga ==
Keutamaan
akhlak begitu banyak. Memperhatikan sebab-sebab yang mendatangkan
keutamaan akan menjadi spirit dan motivator kuat dalam memperbaiki
akhlak diri. Ibarat bahan bakar, mengetahui keutamaan akhlak mulia dapat
memacu kita untuk berusaha merealisasikannya. Berikut dijelaskan
beberapa keutamaan akhlak.
v Manusia beriman (mukmin) disifati dengan iman sempurna, jika ia memiliki akhlak mulia. “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi).
v Akhlak menjadi sebab dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. “Nabi
SAW didatangi oleh sekelompok orang, mereka bertanya, ‘Wahai
Rasullullah, siapakah hamba Allah yang dicintai-Nya?’ Nabi SAW menjawab,
‘Orang yang paling baik akhlakny’” (HR. Al-Haitsami). “Tidaklah
kalian ingin mengetahui orang yang paling kucintai?’ ‘Tentu, ya
Rasulullah’, Nabi pun bertanya kembali, ‘Tidakkah kalian ingin
mengetahui orang yang paling kucintai?’ Mereka menjawab, ‘Tentu ya
Rasulullah’, Nabi pun menjawab, ‘Orang yang paling akhlaknya’” (HR. Ahamd).
v Akhlak mulia menjadi faktor utama maksunya seseorang ke dalam surga. Setelah ketakwaan kepada Allah. “Penyebab utama masuknya manusia ke dalam surga adalah takwa kepada Allah dan kebaikan akhlaknya” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah). Rasulullah SAW juga menjaminkan sebuah rumah di surga untuk mereka yang berakhlak mulia. “Aku menjamin sebuah rumah yang paling tinggi tingkatannya di surga bagi orang yang baik akhlaknya” (HR. Al-Haitsami).
=== Perhiasan Dunia Terindah ==
Wanita dapat rekomendasi Al-Qur’an untuk menduduki peringkat tertinggi keindahan-keindahan yang diinginkan manusia, “Dijadikan
indah (pandangan) manusia apa-apa yang diingini yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang ternak dan sawah ladang” (QS. Ali Imran: 4). Wanita juga
merupakan salah satu perhiasan dunia. Dan di antara berbagai perhiasan
dunia ini, wanita salehahlah yang menjadi perhiasan terbaik dan
terindah. “Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita salehah” (HR. Muslim).
Shalihah adalah kata sifat yang berarti baik. Dalam bahasa Arab imbuhan ta’ marbutah (ﺔ) di akhir sebuah kata sifat menunjukkan bahwa sesuatu yang disifati tersebut adalah muannats (perempuan). Wanita shalihah
adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Kemuliaan bukanlah
sekadar kecantikan fisiknya. Justru ia berusaha menjaga kecantikan
dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Saat mendapati
keterbatasan fisik pada dirinya, wanita salehah tidak akan pernah merasa
kecewa dan gelisah. Karena, ia paham bahwa hal itu akan menjerumuskan
pada sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa inferior dengan
keterbatasan fisiknya, karena ia sadar sepenuhnya bahwa nilai kemuliaan
adalah keimanan dan ketakwaan. Bukan tampilan lahiriahnya.
Ia memiliki komitmen kuat dalam berpegang teguh terhadap syari’at-Nya. Ia jaga kehormatan dan harga dirinya (iffah).
Ia hiasi dirinya dengna rasa malu, yang dapat meredam keinginannya
untuk berbuat cela dan mengontrol perilakunya. Lisannya basah dengan
zikir, jujur, dan jauh dari kekejian, cacian, olok-olok, ghibah (menggunjing) dan namimah (mengadu domba). Ia juga menahan pandangan matanya dan menjaga hatinya dair hal-hal yang diharamkan Allah.
Hatinya
terbebas dari segala bentuk penyakit hati, ia ikhlas karena Allah serta
terbebas dari riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar orna glain).
Hatinya salim dan penuh dengan kelembutan. Dermawan, penyayang dan tawadhu’.
Ia selalu berbuat baik dan penuh bakti kepada kedua orang tua (birrul walidain).
Jika ia telah bersuami, ia berbakti dan senantiasa mena’ati suami dalam
hal yang makruf, berusaha mencari ridha suami, membahagiakannya dan
setia mendapingnya dalam segala kondisi. Ia juga berusaha berbuat baik
dan memuliakan tetangga, menjalin dan menjaga hubungan silaturrahim
dengan saudara, serta menghormati orang lain. Dirinya merupakan proyeksi
nilai-nilai Islam mulia.
Itulah potret wanita salehah, perhiasan dunia terindah.
== Warning!!! Jika Hati Kita ingin Sehat Selalu Hindari Penyakit Ini ==
Hati
sangat rentan dengan berbagai penyakit yang bisa menyerang.
Penyakit-penyakit hati harus diwaspadai supaya tak merusak kesuburan
hati. Berikut penyakit-penyakit hati yang harus dijauhi :
1. Iri Hati
Iri
hati adalah suatu sifat yang tidak senang dan rezeki dan nikmat yang
didapat oleh oran glain, serta cenderung berusaha untuk menyainginya.
Iri hati yang diperbolehkan adalah iri dalam hal berbuat kebaikan.
Misalnya, iri terhadap orang yang paham terhadap dien, penghafal
Al-Qur’an, ahli ibadah, atau dermawan, untuk kemduian mengingingkan
dirinya seperti mereka, sehingga bisa melakukan amalan yang mereka
lakukan.
2. Dengki/Hasad
Dengki adalah sikap tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut.
3. Fitnah
Fitnah
adalah suatu perbuatan yang menjelek-jelekkan, menodai, merusak,
menipu, membohongi orang lain tanpa bukti yang kuat, sehingga
menimbulkan permusuhan.
4. Hasud
Hasud
adalah berusaha mempengaruhi orang lain untuk membangkitkan kebencian
atas orang lainnya dan membuat amarah orang tersebut meluap sehingga
timbul kebencian antar sesama dan memecah belah ukhuwah.
5. Buruk Sangka
Buruk
sangka adalah curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa
disertai bukti yang jelas. Prasangka buruk ini dapat menyebabkan
seseorang yang memiliki persepsi negatif atas orang lain tanpa dasar.
6. Khianat
Khianat adalah tidak bertanggungjawab, melalaikan atau menyepelekan amanat/kepercayaan yang telah dilimpahkan kepadanya.
7. Sombong
Sombong
adalah merasa lebih dari orang lain dan menganggap dirinyalah yang
paling baik, serta merendahkan orang lain. Termasuk juga sombong ialah
menganggap segala kebaikan dan keberhasilan berasal dari dirinya, tanpa
menyadari adanya kehendak Allah dan bantuan orang lain.
8. Zalim
Zalim
adalah berbuat semena-mena dan bersikap “semau gue” tanpa peduli dengan
orang lain. Menganiaya diri sendiri dengan melakukan perbuatan dosa dan
maksiat juga merupakan bentuk kezaliman.
9. Dendam
Dendam adalah perasaan ingin membalas perbuatan yang dilakukan oran glain atas dirinya berdasar amarah dan kebencian.
10. Tamak
Tamak
adalah menginginkan kesenangan dunia menjadi miliknya tanpa peduli
dengan kesedihan dan kesengsaraan orang lain yang lebih membutuhkan;
menguasai sesuatu tanpa ingin berbagi dengan orang lain.
11. Riya’
Riya’
adalah perasaan yang mendasari suatu amal yang ditujukan kepada selain
Allah. Riya’ merupakan syirik kecil yang seringkali hadir tanpa
disadari.
12. Munafik
Munafik adalah sifat seseorang yang bila dipercaya, berkhianat; bila berkata, berdusta; dan bila berjanji, ia ingkar.
Oleh
karena itu, hati-hatilah menjaga hati. Scan selalu hati, supaya
kerusakannya dapat segera kita deteksi. Jaga selalu hati, agar sehat dan
penyakit tak mau hinggap.
0 komentar:
Posting Komentar